TAWURAN
DAN PENCEGAHANNYA
Rahadi Pramono, S.H.
Makalah untuk Kesbangpol
I.
PENDAHULUAN
Tawuran merupakan sebuah interaksi yang negatif dan
berakibat sangat fatal. Tawuran kerap menjadi topik hangat di media masaa, baik
dimedia Internet atau media lainnya. Lantas,
mengapa hal ini kerap terjadi dikalangan siswa atau Mahasiswa atau
pemuda?. Hal yang wajar ketika orang bilang bahwa "darah muda"
sehingga ketika ada konflik, maka akan terpancing emosi. Sehingga, menimbulkan
masalah yang menjadi dilema untuk kita.
Tapi, tidak hanya itu yang menyebabkan tawuran yang terjadi dikalangan pemuda.
Peran berbagai pihak perlu untuk mengatasi ini, tidak cukup hanya satu jari,
melainkan 10 jari untuk mengajari atau membina mereka untuk mejadi pribadi yang
baik, menjadi teladan dalam masyarakat dan mempunyai budi pekerti. Artinya,
masalah tawuran bukanlah hal dan persoalan yang sepele. Kita pasti sering
mendengar diberita "terjadi tawuran antara sekolah A dengan sekolah
B" atau tawuran antara Geng A vs Geng B.
Sungguh
miris mendengar hal itu, apalagi sampai-sampai menjatuhkan korban yang berakhir
dengan keterpurukan generasi muda Indonesia. Tawuran terjadi akibat salah satu
pihak yang terkait merasa dirugikan,dicemoh,
keegoisan, kurang akan kecerdasan emosional, sikap fanatik yang
berlebihan, misal ( tawuran atau ribut terjadi ketika klub bola A menang, dan B
kalah akan tetapi pendukung bola B tida terima, dan berusaha mencari celah dan
mencari masalah yang menimbulkan keributan), adanya perbedaan tujuan,
ataupun kepentingan , sehingga timbullah
konflik yang berujung dengan Tawuran/Bentrok. Nah, hal inilah yang perlu
dicegah dan segera diatasi .
II.
PEMBAHASAN
Meski sudah banyak tindakan dari aparat kepolisian,
namun hingga kini tawuran masih saja kerap terjadi. Bukan hanya antara warga
namun juga yang memperihatinkan adalah tawuran antara pelajar. Banyak motif
dari tawuran ini, mulai dari salah faham yang menyebabkan suatu kelompok merasa
terhina, dendam yang sudah mengakar, hingga hanya ingin menunjukan kemampuan
untuk gagah-gagahan saja. Banyak korban yang timbul karena tawuran ini. Bukan
saja kerugian dalam artian luka-luka dan bahkan nyawa, kerugian juga dapat
berupa materi misalnya kerusakan fasilitas. Kerugian ini tidak hanya terdampak
pada orang-orang yang melakukan tawuran, melainkan juga pada orang-orang tak
bersalah yang pada saat kejadian berada di lokasi. Dengan demikian, sudah
pantaslah tawuran ini dapat disudahi karena jelas tidak ada manfaatnya.
II.1.
PENYEBAB TAWURAN
Sebelum mengetahui
bagaimana tawuran dapat diatasi, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengapa
tawuran dapat terjadi. Secara garis besar, ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan seseorang melakukan tawuran yaitu sebagai berikut.
1. Faktor Tabiat
Tak diragukan lagi,
faktor utama penyebab tawuran adalah tabiat dari para pelaku sendiri. Kondisi
emosional yang tidak terjaga dan ketidakmampuan untuk menahan diri dari
amarah merupakan sebab bagaimana tawuran
dapat dimulai. Tawuran adalah manifestasi dari emosi yang tidak terkontrol
dalam menghadapi suatu “serangan” dari suatu kelompok lain.
Pada umumnya, tawuran
diawali dengan masalah kecil yang melibatkan perseorangan lalu membesar menjadi
permasalahan kelompok karena faktor relasi. Masing-masing pribadi tidak dapat
menahan emosinya dan akhirnya melakukan jalan kekerasan untuk memperlihatkan
rasa tidak suka dan tidak setuju dengan beradu fisik. Tambahan pula, emosi ini
lama-lama akan menjadi dendam antar kelompok dan akhirnya munculah istilah
“musuh abadi” yang biasanya menjadi dasar untuk terjadinya tawuran.
2. Faktor Keluarga
Keluarga sebagai tempat
pendidikan pertama bagi setiap pribadi merupakan ujung tombak dari penanaman
nilai dan budi pekerti. Ada kalanya orangtua tidak terlalu memperhatikan
perkembangan anak meskipun sudah dilindungi oleh hak perlindungan anak karena
kesibukan dan karir sehingga anak tidak memiliki suatu sosok untuk diteladani.
Ada pula orangtua yang membiarkan anaknya bergaul dengan lingkungannya secara
terlalu bebas.
Namun demikian, hal
yang paling dapat menjadi bibit tawuran dari faktor keluarga adalah kondisi
emosi keluarga itu sendiri. Banyak sekali orang tua yang ringan tangan terhadap
anak mereka dan tak jarang bertengkar baik antara suami istri maupun dengan
anak-anak mereka. Kebiasaan yang mendahulukan perlakuan fisik dibandingkan
pendekatan melalui perkataan atau diplomasi dapat menjadikan anak mafhum bahwa
kekerasan fisik adalah sesuatu yang lumrah.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang tidak
sehat dapat memicu anak untuk terbiasa dengan hal-hal yang buruk juga. Misalnya
saja film di televisi yang meperlihatkan kekerasan dan malah dianggap sesuatu
yang menyenangkan dapat ditiru oleh anak sehingga terbiasa dengan kekerasan.
Belum lagi faktor lingkungan sekitar di mana anak-anak bergaul dengan
teman-teman yang “keras” karena tidak mendapatkan pendidikan dari keluarganya,
seperti yang dijelaskan sebelumnya, dapat memicu kebiasaan akan perlakuan fisik
antar sesama.
Bila ini dibiarkan
hingga anak-anak menjadi dewasa, maka nilai-nilai kekerasan fisik akan melekat
dan menurun dan bisa menjadi penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan
kewenangan. Maka, tawuran akan menjadi suatu hal yang biasa karena orang-orang
berpikir bahwa jalan kekerasan adalah jalan yang benar untuk mengatasi suatu
masalah, jalan kekerasan adalah jalan yang legal atas segala perlakuan yang
tidak menyenangkan yang terjadi pada orang tersebut.
4. Faktor Relasi
Persahabatan yang kuat
memang baik apabila karena persahabatan itu mereka menjadi saling
tolong-menolong dalam kebaikan. Namun ada kalanya persahabatan disalahartikan
menjadi saling tolong-menolong tanpa memikirkan apa yang akan dilakukan.
Seseorang yang medapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan atau seseorang yang
merasa kelompoknya dihina akan menggalang kekuatan kelompoknya.
Hal inilah yang memicu
tawuran yang diakibatkan oleh masalah perorangan. Masalah seorang anggota
kelompok menjadi masalah keseluruhan kelompok karena adanya rasa saling
memiliki yang erat. Namun sayangnya, karena faktor-faktor lain yang disebutkan
sebelumnya, pertikaian dengan cara adu jotoslah yang menjadi pilihan utama.
5. Faktor Pendidikan
Sekolah adalah lembaga
formal tempat mendidik anak-anak untuk mendapatkan nilai-nilai dan budi pekerti
luhur. Namun adakalanya sekolah tidak dapat menjalankan tugasnya mendidik anak
karena guru-guru yang kurang cakap. Masih banyak hingga dewasa ini guru-guru
yang tak segan berbuat kekerasan terhadap siswanya yang tidak mengetahui
manfaat tata tertib sekolah untuk menunjukan ketidaksetujuan terhadap apa yang
dilakukan oleh sang siswa. Jelas, ini adalah sesuatu yang salah.
Belum lagi munculnya
Masa Orientasi Siswa (MOS) yang sebenarnya ditujukan untuk memperkenalkan
lingkungan sekolah baru namun kini menjadi ajang unjuk kekuasaan senior
terhadap junior. Tak jarang acara MOS tahun berikutnya menjadi ajang balas
dendam senior baru terhadap angkatan di bawahnya lagi. Ajang unjuk kekuasaan
ini biasanya dibumbui dengan beberapa kekerasan fisik dengan dalih melatih
fisik dan mental. Bisa jadi, dari sinilah salah satu faktor tawuran berasal.
II.2.
PENCEGAHAN TAWURAN
1.
Pengontrolan yang terbagi dalam beberapa hal:
Kaum
muda saat ini lebih bebas dalam bergaul, apalagi saat ini IPTEK sudah
berkembang secara global, keuntungannya adalah mempermudah anak didik untuk
mengakses informasi dan pengetahuan . Akan tetapi , media juga mempunyai
pengaruh negatif terhadap anak didik yang dapat mengubah perilaku, pola hidup
dan cara bergaulnya. Nah, untuk itu perlu dilakukan pengontrolan untuk
mengantisipasi hal-hal mendasar yang mengakibatkan tindakan yang fatal.
Misalnya , mengontrol cara bergaul keseharian, mengontrol media atau fasilitas
yang digunakan agar tidak salah fungsi atau tepat sesuia pada penggunaanya.
Peran
keluarga, terkhususnya orang tua sangatlah penting , yaitu
memberikan teladan bagi anak-anaknya. dan menjadi sumber solusi yang tepat
untuk anaknya, sebab tidak ada orang tua yang ingin anakanya terjerumus. Maka
orang tua juga harus melakukan tindakan antisipatif terhadap anak-anaknya.
Termasuk melihat perkembangan emosional,intelektual, ataupun spiritual anak.
Hal yang tidak kalah penting adalah komunikasi, sebab komunikasi adalah
jembatan untuk melakukan pengontrolan terhadap anak. Baik komunikasi orang
tua/keluarga terhadap anak, ataupun Orang tua terhadap sekolah.
Peran
Sekolah, Sekolah juga bisa dikatakan sebagai pengontrol dan
sekolah merupakan tempat menimba Ilmu. Disekolah, yang menjadi orang-tua anak
didik adalah guru. Guru mentransfer ilmu
yang ada padaNya, dan diberikan kepada anak didik untuk menjadi bekal bagi anak
didik. Baik itu mental, kerangka berpikir, intelektual, kedisiplinan, mengasah
otak dan memberikan bahan pelajaran yang komunikatif, relevan, dan tidak
terkesan monoton. Sekolah juga memberikan tempat bagi anak didik untuk mengasah
minat atau bakat yang mereka miliki , misalnya
pada akhir pekan khusus untuk kegiatan ekstrakurikuler, pramuka,
outbond, atau kegiatan yang bermanfaat lainnya.
Sehingga tidak menimbulkan kebosanan disekolah dan dapat mengantisipasi
bolos sekolah , atau membuat onar serta
tindakan-tindakan yang memicu konflik , atau sebut saja tawuran. Juga, sekolah bisa membuat suatu kegiatan
atau seminar tentang dampak negatif dari
aksi bentrok atau tawuran, serta memberikan motivasi kepada pelajar/mahasiswa
khususnya, untuk menggapai prestasi yang gemilang.
Peran
Masyarakat, masyarakat juga berperan sebagai pengontrol, yang
mana masyarakat juga tidak ingin terganggu akibat tawuran yang terjadi. Maka,
warga/masyarakat ikut berperan untuk mencegah tawuran, misalnya ketika ada
perkelahian antara pelajar segera melerai dan meminta bantuan pengaman
setempat. Tindakan lainnya adalah mempererat hubungan antara masyarakat,
apalagi dalam wilayah tersebut cukup majemuk terdapat berbagi ras, agama, atau
suku. Misalnya mengadakan lomba persahabatan, lomba kebersihan, bakti sosial
ataun acara kebudayaan yang diperankan oleh Pemuda/i untuk menanmkan kembali
sikap luhur dan disiplin nenek moyang yang mendahului kita.
Peran
Penegak hukum,
Peran hukum dalam menanggulangi tawuran juga sangat penting. Hukum yang
berbicara ketika terjadi masalha yang fatal atau yang harus selesai denga jalur
hukum, akan tetapi hukum juga mempunyai peran untuk mengantisipasi tawuran,
misalnya melakukan pemberitahuan kesekolah-sekolah, slogan di sekolah, di
media, di fasilitas umum, dan memberikan contoh yang baik. Tidak hanya itu,
aparat hukum juga mendekatkan diri dengan pemuda/i dengan berintekasi atau membagun komunikasi
yang baik.
Peran
Agama, yakni agama bisa dikatakan pundasi kehidupan kita
menganut agama serta berdoa sesuai kepercayaan masing-masing. Walu berbeda
agama, tapi 1 Pencipta, yakni Allah/Tuhan. Kita dariNya dan kembali padaNya.
Untuk itu, dengan beragama, diharapkan mampu menjadi bekal / ilmu untuk menjadi pribadi yang teguh dan
memberikan pengarahan terkusunya kaum muda bahwa tawuran bukanlah tindakan yang
benar. Menerapkan sikap toleransi atau mengalah untuk kedamaian serta
kepentingan bersama.
Peran
Pemerintah, Peran pemerintah sebagai pengontrol sekolah, atau
pengaman apakah telah menjalankan fungsi atau tugas serta kewenagannya untuk
kesejahteraan masyarakat
2. Menanggulangi Tawuran
Tawuran sangat meresahkan warga dan
berakibat fatal karena identik dengan kekerasan, sikap fanatisme dan sebahagian
pemuda/i yang ikut-ikutan akibat terpengaruh dari teman-teman lainnya. Untuk
itu pemuda/i perlu dibekali persiapan yang kuat, apalagi hidup di daerah perkotaan.
Untuk itu ada beberapa hal yang menurut saya perlu dilakukan dalam
menanggulangi Tawuran, yakni :
a.
Melakukan Identifikasi atau yang
melatarbelakangi mengapa konflik terjadi sehingga terjadi keributan/tawuran.
b.
Melakukan tindakan perdamaian oleh kubu
yang bersangkutan.Mendamaikan kondisi dan situasi pemuda-pemudi yang terjadi
tawuran.
c.
Memanggil pihak terkait yang melakukan
tawuran oleh pihak aparat hukum, misalnya sekolah, orang-tua, serta melakukan
penyidikan dari permasalahan yang timbul, bukan mencari siapa yang salah tapi
mencari jalan tengah untuk kebaikan bersama.
d.
Memberikan peringatan bagi kedua kubu,
untuk tidak melakukan hal yang berakibat
fatal tersebut. Apabila dikemudian hari masih terjadi , polisi/ pihat
keamanan yang berwajib bisa melakukan tindakan yang hukum yang lain.
e.
Mencari Win-win Solution bukan mencari
win - loss solution, agar tidak ada pihak yang merasa disalahkan ataupun
dirugikan . Ingat, kekerasan bukanlah jawaban , untuk itu katakanlah tidak pada
kekerasan .
f.
Apbila masih terjadi, alternatif lainnya
adalah dengan melakukan mediasi, atau rekonsiliasi untuk mecapai titk temu dan
perdamaian.
PENUTUP
Tawuran adalah
perkelahian secara massal yang dilakukan sekelompok pelajar antar kelompok
pelajar lainnya. Tawuran termasuk salah satu gejala sosial pada kenakalan
remaja. Gejala sosial yang seperti ini sudah sangat jelas melanggar norma dan
nilai dalam masyarakat. Tawuran ini terjadi akibat konflik antar satu sekolah, entah karena
perasaan solidaritas antar siswa dan sebagainya. Tawuran antar pelajar
merupakan gejala sosial yang serius yang dapat mengakibatkan korban yang tidak
bersalah dan dapat merusaka benda-benda yag ada disekitar. Dan tawuran antar
pelajar ini terjadi turun temurun pada sekolah tersebut.
Mencegah tawuran lebih
baik daripada mengatasi tawuran. Untuk bisa mengatasi terjadinya tawuran, maka
berbagai penyebab tawuran seperti yang telah diuraikan diatas harus
dilaksanakan secara serius dan berkesinambungan setiap pihak harus mau dan
mampu mengambil perannya masing-masing secara baik dan benar.