Selasa, 05 Juni 2018

TAWURAN DAN PENCEGAHANNYA

TAWURAN DAN PENCEGAHANNYA
Rahadi Pramono, S.H.
Makalah untuk Kesbangpol

I.                   PENDAHULUAN
 Tawuran merupakan sebuah interaksi yang negatif dan berakibat sangat fatal. Tawuran kerap menjadi topik hangat di media masaa, baik dimedia Internet atau media lainnya. Lantas,  mengapa hal ini kerap terjadi dikalangan siswa atau Mahasiswa atau pemuda?. Hal yang wajar ketika orang bilang bahwa "darah muda" sehingga ketika ada konflik, maka akan terpancing emosi. Sehingga, menimbulkan masalah  yang menjadi dilema untuk kita. Tapi, tidak hanya itu yang menyebabkan tawuran yang terjadi dikalangan pemuda. Peran berbagai pihak perlu untuk mengatasi ini, tidak cukup hanya satu jari, melainkan 10 jari untuk mengajari atau membina mereka untuk mejadi pribadi yang baik, menjadi teladan dalam masyarakat dan mempunyai budi pekerti. Artinya, masalah tawuran bukanlah hal dan persoalan yang sepele. Kita pasti sering mendengar diberita "terjadi tawuran antara sekolah A dengan sekolah B" atau tawuran antara Geng A vs Geng B.
   Sungguh miris mendengar hal itu, apalagi sampai-sampai menjatuhkan korban yang berakhir dengan keterpurukan generasi muda Indonesia. Tawuran terjadi akibat salah satu pihak yang terkait merasa dirugikan,dicemoh,  keegoisan, kurang akan kecerdasan emosional, sikap fanatik yang berlebihan, misal ( tawuran atau ribut terjadi ketika klub bola A menang, dan B kalah akan tetapi pendukung bola B tida terima, dan berusaha mencari celah dan mencari masalah yang menimbulkan keributan), adanya perbedaan tujuan, ataupun  kepentingan , sehingga timbullah konflik yang berujung dengan Tawuran/Bentrok. Nah, hal inilah yang perlu dicegah dan segera diatasi .

II.                PEMBAHASAN
Meski sudah banyak tindakan dari aparat kepolisian, namun hingga kini tawuran masih saja kerap terjadi. Bukan hanya antara warga namun juga yang memperihatinkan adalah tawuran antara pelajar. Banyak motif dari tawuran ini, mulai dari salah faham yang menyebabkan suatu kelompok merasa terhina, dendam yang sudah mengakar, hingga hanya ingin menunjukan kemampuan untuk gagah-gagahan saja. Banyak korban yang timbul karena tawuran ini. Bukan saja kerugian dalam artian luka-luka dan bahkan nyawa, kerugian juga dapat berupa materi misalnya kerusakan fasilitas. Kerugian ini tidak hanya terdampak pada orang-orang yang melakukan tawuran, melainkan juga pada orang-orang tak bersalah yang pada saat kejadian berada di lokasi. Dengan demikian, sudah pantaslah tawuran ini dapat disudahi karena jelas tidak ada manfaatnya.

II.1. PENYEBAB TAWURAN
Sebelum mengetahui bagaimana tawuran dapat diatasi, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengapa tawuran dapat terjadi. Secara garis besar, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tawuran yaitu sebagai berikut.
1. Faktor Tabiat
Tak diragukan lagi, faktor utama penyebab tawuran adalah tabiat dari para pelaku sendiri. Kondisi emosional yang tidak terjaga dan ketidakmampuan untuk menahan diri dari amarah  merupakan sebab bagaimana tawuran dapat dimulai. Tawuran adalah manifestasi dari emosi yang tidak terkontrol dalam menghadapi suatu “serangan” dari suatu kelompok lain.
Pada umumnya, tawuran diawali dengan masalah kecil yang melibatkan perseorangan lalu membesar menjadi permasalahan kelompok karena faktor relasi. Masing-masing pribadi tidak dapat menahan emosinya dan akhirnya melakukan jalan kekerasan untuk memperlihatkan rasa tidak suka dan tidak setuju dengan beradu fisik. Tambahan pula, emosi ini lama-lama akan menjadi dendam antar kelompok dan akhirnya munculah istilah “musuh abadi” yang biasanya menjadi dasar untuk terjadinya tawuran.
2. Faktor Keluarga
Keluarga sebagai tempat pendidikan pertama bagi setiap pribadi merupakan ujung tombak dari penanaman nilai dan budi pekerti. Ada kalanya orangtua tidak terlalu memperhatikan perkembangan anak meskipun sudah dilindungi oleh hak perlindungan anak karena kesibukan dan karir sehingga anak tidak memiliki suatu sosok untuk diteladani. Ada pula orangtua yang membiarkan anaknya bergaul dengan lingkungannya secara terlalu bebas.
Namun demikian, hal yang paling dapat menjadi bibit tawuran dari faktor keluarga adalah kondisi emosi keluarga itu sendiri. Banyak sekali orang tua yang ringan tangan terhadap anak mereka dan tak jarang bertengkar baik antara suami istri maupun dengan anak-anak mereka. Kebiasaan yang mendahulukan perlakuan fisik dibandingkan pendekatan melalui perkataan atau diplomasi dapat menjadikan anak mafhum bahwa kekerasan fisik adalah sesuatu yang lumrah.

3. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang tidak sehat dapat memicu anak untuk terbiasa dengan hal-hal yang buruk juga. Misalnya saja film di televisi yang meperlihatkan kekerasan dan malah dianggap sesuatu yang menyenangkan dapat ditiru oleh anak sehingga terbiasa dengan kekerasan. Belum lagi faktor lingkungan sekitar di mana anak-anak bergaul dengan teman-teman yang “keras” karena tidak mendapatkan pendidikan dari keluarganya, seperti yang dijelaskan sebelumnya, dapat memicu kebiasaan akan perlakuan fisik antar sesama.
Bila ini dibiarkan hingga anak-anak menjadi dewasa, maka nilai-nilai kekerasan fisik akan melekat dan menurun dan bisa menjadi penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan kewenangan. Maka, tawuran akan menjadi suatu hal yang biasa karena orang-orang berpikir bahwa jalan kekerasan adalah jalan yang benar untuk mengatasi suatu masalah, jalan kekerasan adalah jalan yang legal atas segala perlakuan yang tidak menyenangkan yang terjadi pada orang tersebut.
4. Faktor Relasi
Persahabatan yang kuat memang baik apabila karena persahabatan itu mereka menjadi saling tolong-menolong dalam kebaikan. Namun ada kalanya persahabatan disalahartikan menjadi saling tolong-menolong tanpa memikirkan apa yang akan dilakukan. Seseorang yang medapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan atau seseorang yang merasa kelompoknya dihina akan menggalang kekuatan kelompoknya.
Hal inilah yang memicu tawuran yang diakibatkan oleh masalah perorangan. Masalah seorang anggota kelompok menjadi masalah keseluruhan kelompok karena adanya rasa saling memiliki yang erat. Namun sayangnya, karena faktor-faktor lain yang disebutkan sebelumnya, pertikaian dengan cara adu jotoslah yang menjadi pilihan utama.
5. Faktor Pendidikan
Sekolah adalah lembaga formal tempat mendidik anak-anak untuk mendapatkan nilai-nilai dan budi pekerti luhur. Namun adakalanya sekolah tidak dapat menjalankan tugasnya mendidik anak karena guru-guru yang kurang cakap. Masih banyak hingga dewasa ini guru-guru yang tak segan berbuat kekerasan terhadap siswanya yang tidak mengetahui manfaat tata tertib sekolah untuk menunjukan ketidaksetujuan terhadap apa yang dilakukan oleh sang siswa. Jelas, ini adalah sesuatu yang salah.
Belum lagi munculnya Masa Orientasi Siswa (MOS) yang sebenarnya ditujukan untuk memperkenalkan lingkungan sekolah baru namun kini menjadi ajang unjuk kekuasaan senior terhadap junior. Tak jarang acara MOS tahun berikutnya menjadi ajang balas dendam senior baru terhadap angkatan di bawahnya lagi. Ajang unjuk kekuasaan ini biasanya dibumbui dengan beberapa kekerasan fisik dengan dalih melatih fisik dan mental. Bisa jadi, dari sinilah salah satu faktor tawuran berasal.

II.2. PENCEGAHAN TAWURAN
1. Pengontrolan yang terbagi dalam beberapa hal:
           Kaum muda saat ini lebih bebas dalam bergaul, apalagi saat ini IPTEK sudah berkembang secara global, keuntungannya adalah mempermudah anak didik untuk mengakses informasi dan pengetahuan . Akan tetapi , media juga mempunyai pengaruh negatif terhadap anak didik yang dapat mengubah perilaku, pola hidup dan cara bergaulnya. Nah, untuk itu perlu dilakukan pengontrolan untuk mengantisipasi hal-hal mendasar yang mengakibatkan tindakan yang fatal. Misalnya , mengontrol cara bergaul keseharian, mengontrol media atau fasilitas yang digunakan agar tidak salah fungsi atau tepat sesuia pada penggunaanya.
Peran keluarga, terkhususnya orang tua sangatlah penting , yaitu memberikan teladan bagi anak-anaknya. dan menjadi sumber solusi yang tepat untuk anaknya, sebab tidak ada orang tua yang ingin anakanya terjerumus. Maka orang tua juga harus melakukan tindakan antisipatif terhadap anak-anaknya. Termasuk melihat perkembangan emosional,intelektual, ataupun spiritual anak. Hal yang tidak kalah penting adalah komunikasi, sebab komunikasi adalah jembatan untuk melakukan pengontrolan terhadap anak. Baik komunikasi orang tua/keluarga terhadap anak, ataupun Orang tua terhadap sekolah.
Peran Sekolah, Sekolah juga bisa dikatakan sebagai pengontrol dan sekolah merupakan tempat menimba Ilmu. Disekolah, yang menjadi orang-tua anak didik  adalah guru. Guru mentransfer ilmu yang ada padaNya, dan diberikan kepada anak didik untuk menjadi bekal bagi anak didik. Baik itu mental, kerangka berpikir, intelektual, kedisiplinan, mengasah otak dan memberikan bahan pelajaran yang komunikatif, relevan, dan tidak terkesan monoton. Sekolah juga memberikan tempat bagi anak didik untuk mengasah minat atau bakat yang mereka miliki , misalnya  pada akhir pekan khusus untuk kegiatan ekstrakurikuler, pramuka, outbond, atau kegiatan yang bermanfaat lainnya.  Sehingga tidak menimbulkan kebosanan disekolah dan dapat mengantisipasi bolos sekolah , atau membuat onar serta  tindakan-tindakan yang memicu konflik , atau sebut saja tawuran.  Juga, sekolah bisa membuat suatu kegiatan atau seminar tentang dampak  negatif dari aksi bentrok atau tawuran, serta memberikan motivasi kepada pelajar/mahasiswa khususnya, untuk menggapai prestasi yang gemilang.
Peran Masyarakat, masyarakat juga berperan sebagai pengontrol, yang mana masyarakat juga tidak ingin terganggu akibat tawuran yang terjadi. Maka, warga/masyarakat ikut berperan untuk mencegah tawuran, misalnya ketika ada perkelahian antara pelajar segera melerai dan meminta bantuan pengaman setempat. Tindakan lainnya adalah mempererat hubungan antara masyarakat, apalagi dalam wilayah tersebut cukup majemuk terdapat berbagi ras, agama, atau suku. Misalnya mengadakan lomba persahabatan, lomba kebersihan, bakti sosial ataun acara kebudayaan yang diperankan oleh Pemuda/i untuk menanmkan kembali sikap luhur dan disiplin nenek moyang yang mendahului kita.
Peran Penegak hukum,  Peran hukum dalam menanggulangi tawuran juga sangat penting. Hukum yang berbicara ketika terjadi masalha yang fatal atau yang harus selesai denga jalur hukum, akan tetapi hukum juga mempunyai peran untuk mengantisipasi tawuran, misalnya melakukan pemberitahuan kesekolah-sekolah, slogan di sekolah, di media, di fasilitas umum, dan memberikan contoh yang baik. Tidak hanya itu, aparat hukum juga mendekatkan diri dengan pemuda/i  dengan berintekasi atau membagun komunikasi yang baik.
Peran Agama, yakni agama bisa dikatakan pundasi kehidupan kita menganut agama serta berdoa sesuai kepercayaan masing-masing. Walu berbeda agama, tapi 1 Pencipta, yakni Allah/Tuhan. Kita dariNya dan kembali padaNya. Untuk itu, dengan beragama, diharapkan mampu menjadi bekal / ilmu  untuk menjadi pribadi yang teguh dan memberikan pengarahan terkusunya kaum muda bahwa tawuran bukanlah tindakan yang benar. Menerapkan sikap toleransi atau mengalah untuk kedamaian serta kepentingan bersama.
Peran Pemerintah, Peran pemerintah sebagai pengontrol sekolah, atau pengaman apakah telah menjalankan fungsi atau tugas serta kewenagannya untuk kesejahteraan masyarakat

2.  Menanggulangi Tawuran
Tawuran sangat meresahkan warga dan berakibat fatal karena identik dengan kekerasan, sikap fanatisme dan sebahagian pemuda/i yang ikut-ikutan akibat terpengaruh dari teman-teman lainnya. Untuk itu pemuda/i perlu dibekali persiapan yang kuat, apalagi hidup di daerah perkotaan. Untuk itu ada beberapa hal yang menurut saya perlu dilakukan dalam menanggulangi Tawuran, yakni :
a.       Melakukan Identifikasi atau yang melatarbelakangi mengapa konflik terjadi sehingga terjadi keributan/tawuran.
b.      Melakukan tindakan perdamaian oleh kubu yang bersangkutan.Mendamaikan kondisi dan situasi pemuda-pemudi yang terjadi tawuran.
c.       Memanggil pihak terkait yang melakukan tawuran oleh pihak aparat hukum, misalnya sekolah, orang-tua, serta melakukan penyidikan dari permasalahan yang timbul, bukan mencari siapa yang salah tapi mencari jalan tengah untuk kebaikan bersama.
d.      Memberikan peringatan bagi kedua kubu, untuk tidak melakukan hal yang berakibat  fatal tersebut. Apabila dikemudian hari masih terjadi , polisi/ pihat keamanan yang berwajib bisa melakukan tindakan yang hukum yang lain.
e.       Mencari Win-win Solution bukan mencari win - loss solution, agar tidak ada pihak yang merasa disalahkan ataupun dirugikan . Ingat, kekerasan bukanlah jawaban , untuk itu katakanlah tidak pada kekerasan .
f.       Apbila masih terjadi, alternatif lainnya adalah dengan melakukan mediasi, atau rekonsiliasi untuk mecapai titk temu dan perdamaian.

PENUTUP
Tawuran adalah perkelahian secara massal yang dilakukan sekelompok pelajar antar kelompok pelajar lainnya. Tawuran termasuk salah satu gejala sosial pada kenakalan remaja. Gejala sosial yang seperti ini sudah sangat jelas melanggar norma dan nilai dalam masyarakat. Tawuran ini terjadi akibat  konflik antar satu sekolah, entah karena perasaan solidaritas antar siswa dan sebagainya. Tawuran antar pelajar merupakan gejala sosial yang serius yang dapat mengakibatkan korban yang tidak bersalah dan dapat merusaka benda-benda yag ada disekitar. Dan tawuran antar pelajar ini terjadi turun temurun pada sekolah tersebut.
Mencegah tawuran lebih baik daripada mengatasi tawuran. Untuk bisa mengatasi terjadinya tawuran, maka berbagai penyebab tawuran seperti yang telah diuraikan diatas harus dilaksanakan secara serius dan berkesinambungan setiap pihak harus mau dan mampu mengambil perannya masing-masing secara baik dan benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar